“Jadilah orang baik, karena orang baik itu dibedakan Tuhan: Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan / situasi apapun” – Drs. Djaetun, HS.
Orang baik adalah orang yang tidak merugikan pihak lain (manusia, makhluk hidup, dan ciptaan Tuhan) bahkan menguntungkan pihak lain. Kalimat itu merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup yang selalu diajarkan oleh pemilik Yayasan Budi Luhur Cakti atau Yayasan Pendidikan Berbudi Bawa Laksana, Drs. Djaetun, HS, yang sekarang menempati sebuah pendopo Grha Mahardhika yang indah dan dikeilingi tanaman beraneka macam yang menambah sejuk, asri, nyaman di hati.
Beliau selalu mengajarkan nilai-nilai kebudiluhuran kepada seluruh karyawan Budiluhur dan mengajak agar masyarakat khususnya karyawan bisa berperilaku seperti itu. Seperti akhir-akhir ini, di tengah pandemic COVID -19 di mana umat manusia dilanda kebingungan atau galau maka situasi yang demikian dimanfaatkan oleh pemilik Yayasan dengan berinisiatif untuk membangkitkan semangat seluruh karyawannya dengan menanamkan nilai-nilai kebudiluhuran dalam bentuk Sarasehan.
Hari Kamis tanggal 21 Januari 2021 merupakan tahap ke sekian yang diselenggarakan oleh Pemilik Yayasan dengan mengundang guru dan karyawan SMK Berbudi Yogyakarta. Karena sebelumnya Beliau sudah mengundang gukar SMA-SMK Berbudi Gantiwarno Klaten. Sarasehan ini berlangsung dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 15.15 dan bertempat di Ruang Bromo, Hotel Galuh, Prambanan, Klaten.
Materi yang disampaikan ini dikemas dengan sangat menarik dan andai peserta bisa meresapi atau menghayati pasti akan merasuk dalam hati dan akan besar manfaatnya bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang selalu ditekankan oleh Pemilik yayasan adalah bahwa apa yang disampaikan tidak memihak salah satu agama apapun. Bahkan bisa dikatakan apa yang diuraikan tersebut lebih mempertegas apa yang dibahas dalam agama apapun
Materi yang diulas secara panjang lebar oleh Bp. Djaetun pada intinya berbicara tentang asal usul manusia, siapakah yang disebut dengan anak yang sholeh tersebut, siapa saja yang masuk neraka dan siapa saja yang masuk surga.
Disampaikan oleh beliau bahwa anak sholeh adalah anak yang tidak melakukan 15 perkara, seperti berikut ini :
- Neraka Tipe A : Alam Pangresikan ( Manusia Nista)
Yang masuk golongan ini :
a. Anak yang menyakiti orangtua. Yang melanggar akan mendapat hukuman digoreng
b. Orang yang mata pencahariannya tukang santet, tukang sihir. Yang melanggar hukumannya berupa “digodhog” (direbus)
c. Orang yang merampas hak orang lain. Yang melanggar hukumannya berupa dibakar
d. Orang yang mempunyai sifat mentang-mentang, sadis, bengis. Yang melanggar hukumannya berupa dimandikan dengan air panas dengan suhu 200 Celcius
e. Orang yang suka membuat kabar bohong/jahil/fitnah
- Neraka Tipe B : Alam Tawan Gantung (Alam Pangrantungan), orang yang hilang ingatan, atau Manusia Papa
Yang masuk golongan ini adalah orang-orang yang melakukan “Mo Limo” (Lima perkara) :
Minum (miras)
Maling (mencuri : korupsi, jual saham, menipu, dll.)
Madat (pecandu narkoba)
Medok (main perempuan)
Main (berjudi)
- Neraka Tipe C : Manusia sesat
Yang masuk golongan ini :
Mati bunuh diri
Menyembah setan untuk kekayaan
Menyembah setan untuk kukuasaan
Rentenir
Berebut Warisan
Berdasarkan pembahasan tersebut ditegaskan oleh Bp. Djaetun bahwa yang dimaksud dengan anak sholeh adalah anak yang tidak melakukan ke-15 perkara tersebut. Selanjutnya diulas pula siapa saja yang bisa masuk surga, a.l.:
Tipe A ; Surga madya, surge paling bawah
Tidak mlakukan 15 perkara
Lugu yutan, tidak punya inisiatif apapun, kerja dan kerja
Melakukan silaturahim
Mau mendengarkan ajaran kebaikan
Mau mengajak orang ain berbuat kebaikan
Tipe ini hidupnya dicadong
Tipe B: Surga Madya Utama
Selain tidak melakukan 15 perkara yang dilarang di atas, orang yang masuk surge tipe ini adalah orang yang mau melakukan kebaikan, melakukan perbuatan dengan menggunakan tenaga dan pikiran, melakukan pekerjaan dengan ikhlas. Dalam tipe ini dkenal Surga Tunda 3, Tunda , Tunda 7, dan Surga Tunda 9
Tipe C : Surga Sonya Ruri, Nirwana, Surga Adnan, Firdaus Saat hidup dan matinya tidak ada cacat
Hal-hal lain yang tak luput dari ulasan Bp. Djaetun selain yang sudah disebutkan di atas adalah ….
Beberapa cara meraih keberhasilan yang juga dianjurkan :
Tirakat, mengurangi jam tidur Dianjurkan membaca “Pepadhangan bocah telu, nusule riyep-riyep tak sengguh bumi sapitu”
Puasa, mengendalikan urusan perut
Prihatin, mengendalikan rasa
Menentukan baik atau tidak sorang anak tergantung pada :
Patedhan (makanan) Makanan /Patedhan di sini dibedakan menjadi 2 yaitu makanan batin dan lahir, fisik dan nonfisik
Prakaryan (pekerjaan)
Seperti itulah sekilas wewarah, nasihat tentang nilai-nilai kebudiluhuran yang bisa penulis tuturkan di sini, sebetulnya banyak cerita atau pengalaman hidup yang disampaikan Bp. Djaetun tetapi tidak saya tuliskan di sini. Sebagai penutup tulisan ini, ada pesan yang selalu disampaikan oleh Beliau
“Berimanlah seperti Muhammad, bekerjalah seperti Yesus, dan carilah Tuhanmu seperti Sidharta Gautama.” (Drs. Djaetun, HS)